Pada hampir semua kalangan umur, mengenal gastritis sebagai penyakit maag yang kerap dimilikinya. Sudah yakinkah gastritis merupakan nama lain dari penyakit maag? Jawabannya adalah.. Ya! Yuk kita kenali penyakit ini lebih jauh agar dapat dicegah maupun diatasi.
Gastritis atau yang lebih dikenal dengan maag ini berasal dari bahasa yunani yaitu gastro yang berarti "lambung" dan itis yang berarti "peradangan", jadi dapat disimpulkan secara bahasa gastritis berarti peradangan pada lambung. Pada dasarnya, penyakit ini timbul akibat pola makan yang tidak sehat, baik makan makanan terlalu asam, pedas atau karena telat makan. Berdasarkan penelitian, penyakit ini disebabkan oleh Helikobakteri pylori. Namun masih banyak faktor lain yang menjadi penyebab diantaranya adalah stress (meningkatkan pengeluaran asam lambung), penggunaan alcohol berlebihan (pengikisan dan peradangan lambung), dan merokok (mengganggu kerja lapisan pelindung lambung).
Mual, muntah, kembung, atau perut terasa penuh adalah beberapa diantara gejala penyakit gastritis. Dilihat dari gejala serta tingkat keparahannya, gastritis terbagi menjadi gastritis akut dan kronik. Gastritis akut, terjadi secara tiba-tiba menimbulkan gejala seperti mual, nyeri pada daerah perut. Sedangkan gastritis kronik, terjadi secara bertahap dan biasanya tidak menimbulkan gejala bagi sebagian orang namun penyakit ini terus berkembang bahkan dapat menyebabkan pendarahan serta peptik ulcus.
Apabila dibiarkan, semua kasus gastritis akut dapat berubah menjadi gastritis kronik, yang pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri H. Pylori, refluks cairan empedu (arus balik cairan empedu dari usus halus ke lambung), kondisi awal penderita seperti anemia pernisiosa (anemia akibat lambung tidak mampu mencerna vitamin B12, konsumsi alcohol berlebihan, dan penggunaan narkoba jenis kokain.
Sekarang, bagaimana cara mencegahnya? Cara mencegah penyakit gastritis antara lain makan secara benar, yaitu menghindari makanan yang mengiritasi lambung terutama makanan pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Kita juga harus makan dalam jumlah dan waktu yang tepat dan dilakukan dengan santai atau tidak terburu – buru. Cara pencegahan lain adalah dengan menghindari konsumsi alkohol dan merokok, lakukan olahraga yang teratur dan hindari stress. Namun cara pencegahan ini diperuntukkan bagi orang – orang yang memiliki riwayat gastritis yang kambuh terus – menerus. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai riwayat ini maupun tidak menderita gastritis, hindarilah penyakit ini dengan makan teratur dalam jumlah yang cukup, makanan yang dimakanpun harus dalam kondisi higienis.
Bagaimana apabila terlanjur dirasakan? Dalam kondisi seperti ini, diperlukan diagnosis oleh dokter untuk mengetahui penyebab dan kebenaran penyakit agar dapat dilakukan penanganan yang sesuai untuk proses penyembuhan penderita. Untuk mendukung kesimpulan dokter, dibutuhkan beberapa cara pemeriksaan, seperti berikut ini: tes napas, tes darah atau pemeriksaan tinja untuk mendeteksi keberadaan bakteri H. pylori. Tes barium untuk melihat adanya perubahan pada lapisan lambung. Endoskopi yakni pemeriksaan dengan menggunakan endoskop (alat kecil menyerupai selang yang dilengkapi dengan kamera) yang dimasukkan ke kerongkongan hingga perut, manfaat pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa adanya gangguan dalam sistem pencernaan, termasuk untuk memastikan jika terdapat peradangan atau tukak pada dinding lambung. Biopsi yaitu pemeriksaan yang sebenarnya masih merupakan bagian dari endoskopi, jika dokter menemukan adanya radang, sampel jaringan dinding lambung mungkin akan diambil untuk diteliti di laboratorium, melalui biopsi ini dokter juga bisa mendeteksi keberadaan bakteri H. pylori.
Nah, setelah adanya hasil diagnosis oleh dokter, baru dapat diperoleh kesimpulan cara penanganan yang sesuai untuk mendapatkan kesembuhan penderita kembali. Ini merupakan beberapa pengobatan langsung melalui dosis cairan kimia dokter yang dapat diperoleh di apotik: obat – obatan penghambat pompa proton (PPP) seperti esomeprazole, lansoprazole, dan omeprazole. PPP mampu menghambat sel-sel penghasil asam yang terdapat pada lapisan lambung, dengan begitu kadar asam di dalam lambung bisa turun. Obat-obatan antasida yaitu obat yang mampu menetralkan kandungan asam di dalam lambung. Obat-obatan antihistamin H-2 seperti cimetidine, famotidine, dan ranitidine, sama seperti penghambat pompa proton, antihistamin H-2 mampu menurunkan kadar asam di dalam saluran pencernaan.
Baru – baru ini telah ditemukan alternative pengobatan tradisional oleh madu, berdasarkan penelitian laboratorium. Mereka menunjukkan bahwa madu memiliki efek – efek yang dapat melindungi lambung dari kerusakan oleh obat – obatan, seperti aspirin atau indometasin. Madu juga dapat melindungi lambung dari efek merusak alcohol. Madu diduga menyebabkan saraf sensorik di dinding lambung merangsang pelepasan zat peptide yang mampu meningkatkan aliran darah dan akan melindungi lambung dari kerusakan.
